Biasanya, mobilitas ini sering diartikan sebagai proses suatu perpindahan maupun pergerakan lapisan atau strata sosial seseorang dan atau kelompok.
Arti dari mobilitas itu sendiri ialah suatu istilah yang berasal dari bahasa latin “mobilis” yang memiliki arti mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Sementara itu, kata sosial sendiri melibatkan seseorang maupun kelompok warga dalam definisinya.
Sehingga, secara harfiah, pengertian dari kata mobilitas sosial yaitu sebagai suatu gerakan yang terjadi disebabkan berpindahnya maupun berubah posisi dari seseorangataupun sekelompok orang pada waktu yang berbeda-beda.
Daftar Isi
Pengertian Menurut Ahli
Namun pengertian mobilitas sosial itu sendiri tak hanya dari secara umum saja, beberapa ahli juga menyebutkan pengertian apa itu mobilitas sosial, diantaranya yaitu:
1. Soerjono Soekanto
Menurut pendapat dari Soerjono Soekanto pengertian dari mobilitas sosial ialah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial
2. H. Edward Ransford
Menurut pendapat dari H. Edward Ransford pengertian dari mobilitas sosial ialah perpindahan ke atas atau kebawah dalam lingkungan sosial secara hirarki
3. Robert M.Z. Lawang
Pengertian dari mobilitas sosial menurut Robert .M.Z. Lawang ialah perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke lapisan yang lainnya atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya
4. Horton Dan Hunt
Menurut pendapat dari Horton dan Hunt pengertian mobilitas sosial ialah suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial yang lainnya
5. Kimball Young Dan Raymond W. Mack
Menurut pendapat dari Kimball Young dan Raymond W. Mack pengertian mobilitas ialah suatu mobilitas dalam struktur sosial, diantaranya pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
6. Wiliam Kornblum
Menurut pendapat dari Wiliam Kornblum pengertian dari mobilitas sosial ialah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosial serta satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
Jenis-jenis Mobilitas Sosial
Pada umumnya, jenis dari mobilitas sosial terbagi menjadi dua macam, yakni mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal.
Simak ulasan di bawah:
1. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas jenis ini terjadi jika ada perubahan dari kedudukan pada strata yang sama.
Dan jika perubahan tersebut terjadi pada orang yang sama maka disebut dengan mobilitas sosial horizontal intragenerasi.
Seperti yang kita tahu, perubahan kedudukan seseorang dapat berubah naik atau turun pada lapisan atau strata yang sama.
Namun tidak mengubah kedudukan yang bersangkutan.
Meski demikian, peranan yang dipegang seseorang dapat berubah.
Jika kita hubugkan dengan pendapatan atau gaji seseorang, maka perubahan kedudukan secara horizontal tidak dapat memengaruhi tingkat imbalan orang yang bersangkutan.
Contohnya ialah sebagai berikut.
- Seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan dan menjabat sebagai sekretaris, pada suatu ketika dipindahkan menjadi bendahara.
Orang yang bersangkutan sksn tetap mendapatkan gaji yang sama. - Seseorang yang diberi tugas oleh presiden untuk menjadi menteri pertanian dalam suatu kabinet selama lima tahun.
Pada pergantian kabinet selanjutnya, yang bersangkutan akan diserahi tugas sebagai menteri perindustrian. - Seorang guru di sebuah SMA di kota A kemudian pindah ke SMA di kota B. Guru tersebut tidak akan mengalami perubahan kedudukan serta peran, namun hanya berpindah tempat kerjanya saja.
Dari contoh di atas dapat kita ketahui bahwa pergeseran atau perpindahan tersebut tidak akan menurunkan atau menaikkan posisi yang bersangkutan.
Namun bukan berarti pula orang tersebut akan memperoleh tugas yang lebih sulit.
Kesulitan yang muncul biasanya justru pada saat penyesuaian atau adaptasi disuasana yang baru.
Ada waktunya orang yang bersangkutan nantinya belajar dan melatih keterampilan yang baru.
Begitu juga dengan perpindahan tempat yang dimana harus kembali bekernalan dan kembali menerima sifat dan juga perilaku sang rekan kerjanya supaya dapat terjaga efektifitas kerja dan dapat pula meningkatkan prestasi kerja di kelompoknya.
Mobilitas sosial horizontal antar generasi (intergenerasi) terjadi jika terdapat anak dan orangtuanya yang berbeda pekerjaan. Namun tetap memiliki kedudukan sosial yang sama.
Sebagai contoh:
- Orangtua memiliki kedudukan sebagai petani kaya serta digolongkan sebagai warga kelas menengah di masyarakat, namun anaknya tidak ingin mengikuti jejak orang tuanya.
Dan sang anak petani lebih memilih untuk menjadi seorang pedagang yang berhasil dan kaya sehingga keduanya sama sama berkedudukan sebagai warga kelas menengah. - Seorang ayah memiliki kedudukan pegawai negeri serta memiliki peran sebagai guru di sebuah SMA di kota X.
Anaknya juga menjadi pegawai negeri di kantor pemerintah. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama, namun memiliki peran yang berbeda.
Mobilitas horizontal antar generasi ini terjadi jika orangtua dan anaknya memiliki kedudukan yang sama, namun memiliki peran berbeda.
Dengan kata lain, bahwa suatu generasi (orangtua) tidak akan menurunkan segalanya yang ia miliki kepada generasi berikutnya (anak).
2. Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan kelompok atau seseorang dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.
Bisa berpindah dari tingkat yang lebih tinggi (social climbing) atau bahkan turun ke tingkat yang lebih rendah (social sinking).
Setiap orang di lingkungan masyarakat tidak selamanya mempunyai kedudukan yang tetap, namun mereka akan selalu mengalami perubahan.
Begitu juga dengan seorang karyawan yang tidak selamanya berada dalam posisi yang sama, Ia pasti akan berusaha untuk naik ke kedudukan yang lebih tinggi.
Jabatan yang dipegang oleh seseorang tidak bisa dilepaskan dari kedudukan sosialnya, sebab jabatan bisa melambangkan kedudukan sosial.
Meskipun begitu, jabatan tidak bisa dipegang selamany, sebab jabatan suatu saat pasti akan diserahkan kepada orang lain yang lebih memumpuni.
Orang yang berada pada posisi jabatan sebelumnya bisa saja naik untuk menempati jabatan yang lebih tinggi atau setelah selesai bekerja dikarenakan pensiun.
Sehingga orang yang bersangkutan tidak memiliki jabatan lagi dan kedudukan sosialnya menurun.
Hal seperti itu disebut dengan gerak naik turun atau mobilitas sosial vertikal.
Serorang yang telah lama bekerja akan berusaha untuk mendapatkan kenaikan gaji.
Namun bukan berarti kedudukan dari orang itu akan naik ke tingkat yang lebih tinggi.
Sebab orang yang bersangkutan masih dalam posisi yang sama.
Namun apabila orang yang bersangkutan adalah pegawai biasa atau juru ketik namun memiliki prestasi kerja.
Maka kemudian dinaikkan kedudukannya menjadi kepala bagian.
Perpindahan dari kedudukan lapisan yang lebih rendah ke lapisan yang lebih tinggi tersebut dinamakan sebagai promosi.
Contoh dari promosi jabatan:
- Seorang guru, sebab dapat prestasi dan pangkatnya yang telah mencukupi, kemudian memperoleh promosi jabatan untuk menjadi kepala sekolah.
- Seorang bupati yang mempoleh banyak dukungan dari masyarakat dan dewan, lalu terpilih menjadi gubernur.
Sebagai kepala sekolah maupun presiden, apabila sudah habis masa jabatannya serta tidak bisa diangkat lagi.
Maka akan kembali ke jabatan sebelumnya atau bahkan berhenti yang biasa disebut sebagai pensiun.
Jabatan yang dipegang seseorang adalah peran yang harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kedudukan yang dijabat.
Dengan begitu, mobilitas sosial vertikal naik memiliki dua bentuk utama, yakni:
- Masuknya sebagian individu atau seseorang yang mempunyai kedudukan rendah ke tingkat kedudukan yang lebih tinggi;
- Pembentukan suatu kelompok sosial baru yang selanjutnya ditempatkan ke derajat yang lebih tinggi dari beberapa orang dari pembentuk kelompok tersebut.
Dan mobilitas sosial vertikal juga memiliki dua bentuk utama, yaitu:
- Turunnya tingakt jabatan seseorang yang lebih rendah daripada jabatan sebelumnya.
- Turunnya derajat kelompok seseorang dari tingkat sebelumnya dan fenomena ini disebut sebagai desintegrasi atau degradasi.
Adapun ciri dari mobilitas sosial vertikal, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Masyarakat yang bersangkutan merupakan masyarakat yang terbuka, itu artinya kelas atau lapisan sosialyang terdapatdi dalam kehidupan masyarakat tidak menutup kemungkinan untuk mengalami naik turunnya kedudukan pada anggota masyarakatnya.
- Setiap warga masyarakat (negara) memilki kedudukan hukum yang sama tingginya atau setara.
- Gerak naik ke lapisan kedudukan yang lebih tinggi akan mengandalkan kesanggupan dari seseorang yang dapat mengatasi sistem seleksi yang juga semakin berat.
Hal tersebut contohnya setiap orang berhak untuk menempati kedudukan apa pun di negara ini asalkan dapat memenuhi berbagai syarat yang telah ditentukan sebelumnya.
Mobilitas sosial vertikal terjadi kepada orang yang bersangkutan atau pada keturunannya.
Ada pula dua bentuk yang dinamakan mobilitas vertikal intragenerasi serta mobilitas vertikal intergenerasi (antargenerasi).
Mobilitas vertikal intragenerasi merupakan mobilitas sosial yang dilakukan oleh kelompok atau seseorang itu sendiri.
Sementara mobilitas vertikal intergenerasi (antargenerasi) merupakan mobilitas sosial yang tidak dilakukan langsung oleh kelompok atau seseorang.
Namun justru dilakukan oleh keturunannya, baik anak ataupun cucunya.
Sebagai contoh:
- Bapak X merupakan seorang pengemudi taxi, namun anaknya kemudian disekolahkan hingga mendapat gelar insinyur (sarjana teknik).
Dan selanjutnya sang anak bekerja di perusahaan pertambangan yang dikelola oleh swasta nasional. - Bapak Y merupakan seorang pengusaha kaya di kotanya, namun anaknya lebih memilih menjadi seorang seniman.
Mobilitas vertikal tidak selalu dilaksanakan oleh orang yang bersangkutan baik dari gerak naik ataupun gerak turun.
Adakalanya seseorang ingin mewariskan kedudukannya dan menginginkan sang anak supaya memiliki kedudukan yang sama dengan dirinya.
Namun, anak sering kali memilih jalan lain yang berbeda dari pilihan orangtuanya, sebab mereka memiliki keinginan untuk bebas dalam cara menentukan jalan nasibnya.
Sehingga kedudukan yang dipunyai sang anak bisa berbeda dengan orangtua, baik menjadi lebih tinggi atau bahkan menjadi lebih rendah.
Adapun beberapa prinsip dari mobilitas sosial vertikal, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Hampir tidak ada masyarakat yang dimana sistem sosialnya memiliki sifat yang tertutup sama sekali (mutlak), seperti pada masyarakat berkasta di India.
Meski demikian, mobilitas sosial vertikal hampir tidak nampak, proses perubahan tetap terjadi.
Contohnya, seorang dari kasta brahmana yang berbuat kesalahan besar bisa turun ke kasta yang lebih rendah atau mobilitas sosial vertikal ini bisa terjadi disebabkan perkawinan yang berbeda kasta. - Berapapun terbukanya sistem sosial yang berlapis-lapis di masyarakat, tidak mungkin kalau mobilitas sosial vertikal dilakukan dengan bebas.
Hal tersebut disebabkan tidak mungkin terdapat stratifikasi (lapisan) sosial yang menjadi ciri tetap serta umum di setiap masyarakat. - Mobilitas sosial vertikal bersifat umum dan ditujuan untuk semua masyarakat sebab setiap masyarakat memiliki ciri-ciri tersendiri untuk mobilitas sosial vertikal.
- Laju mobilitas sosial vertikal bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu ekonomi, politik, serta pekerjaan yang masing-masing berbeda.
- Mobilitas sosial vertikal yang dikarenakan oleh faktor ekonomi, politik, pekerjaan, tidak terdapat kecenderungan yang terus berkesinambungan (continue), baik bertambah naik ataupun menurun.
Namun akan selalu mengalami perubahan. Hal ini disebabkan orang yang mempunyai suatu kedudukan dan peran tidak akan selamanya sama.
Tak hanyaitu, mobilitas sosial juga bisa dibedakan dalam dua jenis yang didasarkan dalam keadaan dari tolok ukur bagaimana seorang individu dalam lapisan sosial berusaha untuk mengubah dirinya, yaitu sebagai berikut.
- Mobilitas yang disponsori (sponsored mobility) bergantung kepada bagaimana kategori serta posisi individu mendapatkan pendidikan, keturunan. Ataupun dari kelas sosial yang dianggap mempunyai peluang bergerak.
- Mobilitas sosial tandingan (contest mobility) akan bergantung kepada upaya serta kemampuan para individu.
Sebab persaingan itu terbuka maka status elite tertentu mungkin saja akan dapat diraih seseorang.
Karakteristik Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial sebagai suatu proses yang berkelanjutan memiliki sedert karakteristik yang menandainya, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mobilitas sosial dapat melibatkan kelompok atau individu yang ada di dalam masyarakat.
Gerakan suatu perpindahan bisa saja dilakukan secara individual, namun tak jarang juga akan melibatkan banyak orang seperti yang terjadi dalam perkembangan negara berkembang menjadi negara maju.
Sehingga turut meningkatkan taraf kehidupan banyak warganya. - Mudah-tidaknya suatu kelompok atau individu daam melakukan suatu mobilitas sosial serta tergantung pada struktur sosial masyarakatnya.
- Mobilitas sosial akan menimbulkan kecemasan danjuga ketegangan.
Pada masyarakat di mana struktur sosialnya yang bersifat terbuka, individu tersebut senantiasa akan mengalami suatu kecemasan serta akan kehilangan hak-hak yang dimiliki apabila terjadi penurunan status.
Sehingga hampir seluruh waktunya mungkin dihabiskan untuk berusaha dalam mempertahankan kedudukan.
Sebaliknya, juga akan muncul ketegangan dalam memahami peran baru apabila terjadi kenaikan status. - Perubahan dalam mobilitas sosial juga ditandai dengan suatu perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu dalam suatu kelompok serta antara individu dengan kelompok.
Dalam hal ini, sering kali terjadi keretakan dalam sebuah hubungan antar anggota kelompok primer, sebab terdapat anggotanya yang berpindah ke status yang lebih tinggi maupun ke status lebih rendah.
Faktor Pendorong
Pada umumnya, faktor pendorong dari mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor Struktural
Faktor struktural merupakan jumlah relatif daripada kedudukan tinggi yang dapat serta harus diisi dalam kemudahan untuk memperolehnya.
Contoh konkretnya ialah ketidakseimbangan yang terjadi dalam jumlah lapangan kerja yang tersedia daripada dengan jumlah pelamar kerja yang membanjir.
Di bawah ini merupakan hal yang termasuk dalam golongan faktor struktual, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Struktur Pekerjaan
- Perbedaan fertilitas
- Ekonomi Ganda
b. Faktor Individu
Faktor individu merupakan kualitas seorang individu baik dilihat dari segi tingkat pendidikan, penampilan, hingga ketrampilan pribadi.
Di bawah ini merupakan hal yang termasuk dalam golongan faktor individu, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Perbedaan kemampuan
- Orientasi sikap terhadap mobilitas
- Faktor kemujuran
- Status Sosial
Setiap manusia lahir sudah dalam status sosial yang dipunyai oleh orang tuanya.
Sebab pada saat dilahirkan di bumi tak ada satu manusiapun yang mempunyai statusnya sendiri.
Jika seorang individu tak puas dengan posisi atau kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya.
Maka individu tersebut dapat mencari jalannya sendiri untuk mencapai status atau kedudukan yang lebih tinggi dengan melihat kemampuan dan juga jalan yang dapat individu tersebut ditempuh.
Dalam hal ini hanya mungkin terjadi dalam masyarakat yang mempunyai struktur sosial yang luwes.
c. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi bisa menjadi salah satu pendorong atas terjadinya mobilitas sosial.
Seorang atau kelompok individu yang hidup di dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan.
Contohnya seperti daerah tempat tinggal yang tandus sebab kehabisan sumber daya alam. Dan selanjutnya mereka yang tidak mau menerima keadaan ini sehingga berpindah ke daerah yang lain.
Secara sosiologis, mereka sudah mengalami proses mobilitas.
d. Situasi Politik
Situasi politik juga bisa menyebabkan terjadinya proses mobilitas sosial di dalam suatu masyarakat dalam sebuah negara.
Keadaan negara yang tidak stabil akan sangat mempengaruhi kondisi keamanan yang di mana dapat mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.
Atau hal tersebut juga dapat dikarenakan oleh sistem politik pemerintahan yang berlawanan dengan hati nurani ataupun paham yang dianut.
Sehingga, meskipun suaut negara itu subur, tetapi jika kondisi politiknya tidak kondusif, hal itu bisa saja dapat mempengaruhi mobilitas masyarakatnya.
e. Kependudukan
Faktor kependudukan pada umumnya dapat menyebabkan mobilitas dalam arti geografik.
Disatu pihak, pertambahan dari jumlah penduduk yang amat pesat dapat menyebabkan sempitnya tempat pemukiman serta kemiskinan akan semakin merajalela.
Keadaan seperti ini tentunya dapat mendorong sebagian warga masyarakat untuk mencari tempat kediaman yang baru.
Contohnya kepadatan Pulau Jawa mendorong para penduduk untuk mengikuti program transmigrasi ke luar Pulau Jawa.
f. Keinginan Melihat Daerah Lain
Adanya rasa keinginan untuk melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk malakukan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat lainnya.
Contoh dalam kasus ini adalah berekreasi kedaerah-daerah tujuan wisata.
Faktor Penghambat
Adapaun beberapa faktor penting yang justru malah menghambat mobilitas sosial.
Diantara dari faktor penghambat tersebut yaitu:
- Kemiskinan sebagai faktor ekonomi yang bisa membatasi mobilitas sosial. Untuk masyarakat miskin, untuk menggapai status sosial tertentu adalah hal yang sangat sulit
- Diskriminasi kelas, sistem kelas yang bersifat tertutup bisa menghalangi mobilitas ke atas.
Hal ini terbukti dengan terdapatnya pembatasan keanggotaan dalam suatu orgnisasi tertentu yang mewajibkan berbagai syarat dan ketentuan. Seperti yang telah terjadi di Afrika Selatan di masa lampai.
Di mana ras berkulit putihla yang berkuasa serta tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk bisa duduk bersama-sama di dalam pemerintahan sebagai penguasa.
Sistem ini juga disebut dengan Apharteid serta telah berakhir pada saat Nelson Mandela yang merupakan seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan. - Perbedaan ras serta agama di dalam sistem kelas yang bersifat tertutup bisa memicu terjadinya mobilitas vertikal ke atas.
Dalam hal ini, agama tidak dibenarkan oleh seseorang dengan sebebas-bebasnya serta seenak hatinya untuk berpindah-pindah agama. - Perbedaan jenis kelamin atau yang biasa kita sebut gender di dalam lingkungan masyarakat.
Sebab pria di pandang mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan ini tentunya akan mempengaruh dalam hal untuk mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, serta kesempatan-kesempatan dalam masyarakat. - Faktor pengaruh sosialisasi yang amat kuat dalam suatu masyarakat yang mana bisa menghambat proses mobilitas sosial. Terutama hal yang berhubungan dengan nilau ataupun adat yang berlaku.
- Perbedaan kepentingan, adanya perbedaan kepentingan antar individu ini di dalam suatu struktur organisasi akan menimbulkan masing-masing individu akan saling bersaing dalam memperebutkan sesuatu.
Saluran Mobilitas Sosial
Menurut Pitirim A. Sorokin, mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-saluran di dalam masyarakat. Proses mobilitas sosial vertikal inilah yang disebut sebagai social circulation.
Berikut merupakan saluran-saluran terpenting dari mobilitas sosial:
- Angkatan Bersenjata
Peranan angkatan bersenjata memiliki peran yang sangat penting di dalam masyarakat yang menganut sistem militerisme.
Jasa dari seorang prajurit akan amat dihargai oleh masyarakat, tanpa memperhatikan status ataupun kedudukannya asalnya.
Sering kali lewat karier dalam kemiliteran, seorang prajurit bisa mendapatkan kekuasaan sekaligus wewenang yang lebih besar.
- Lembaga-Lembaga Keagamaan
Setiap ajaran agama beranggapan bahwa manusia memiliki kedudukan yang sama atau sederajat.
Guna menggapai tujuan itu, para pemuaka agama bekerja keras dalam hal menaikkan kedudukan orang-orang dari lapisan yang rendah di dalam lingkungan masyarakat.
Tak hanya itu, para pemuka agama juga akan semakin dihormati oleh masyarakat setempat, jika ia mampu membimbing umatnya dengan baik.
- Lembaga-Lembaga Pendidikan
Sekolah adalah saluran konkret dari gerak sosial vertikal. Bahkan, sekolah bisa dianggap sebagai social elevator yang akan mengantarkan seorang individu untuk senantiasa bergerak dari kedudukan yang rendah menuju ke kedudukan yang lebih tinggi.
- Organisasi Politik
Suatu organisasi politik seperti halnya partai politik bisa memberikan peluang yang besar untuk para anggotanya guna naik dalam status kedudukan yang lebih tinggi, khususnya pada waktu pemilihan umum berlangsung.
Supaya seorang indicidu dapat terpilih di dalam pemilu, maka ia harus mampu membuktikan kemampuannya terlebih dahulu.
Dalam hal tersebut, organisasi politik juga menjadi salah satu saluran dari pembuktian kemampuan diri seorang individu.
- Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi merupakan pemegang peranan penting di dalam saluran gerak sosial vertikal. Biasanya, seorang individu dengan penghasilan yang tinggi akan menduduki posisi lapisan sosial yang tinggi pula.
Bahkan, faktor ekonomi sering kali menjadi simbol status untuk kedudukan seseorang di dalam lingkungan masyarakat.
- Organisasi Keahlian
Organisasi keahlian diantaranya adalah himpunan sarjana ilmu pengetahuan sosial, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), persatuan para pelukis, dan yang lainnya.
Beberapa organisasi tersebut bisa menjadi wadah untuk individu-individu yang tergabung di dalamnya guna bisa mendapatkan nama, sehingga nantinya akan dianggap menduduki lapisan atas di dalam masyarakat.
Dampak Mobilitas Sosial
Walaupun mobilitas sosial memungkinkan seorang individu untuk menduduki jabatan tertentu yang sesuai dengan keinginannya, adapun pengaruh positif dan juga negatif di dalam kehidupan masyarkat.
Berikut dampak positif dan juga dampak negatif dari mobilitas sosial:
- Dampak Positif
- Mendorong seseorang untuk dapat bergerak lebih maju, kesempatan untuk pindah dari strata satu ke strata yang lain yang lebih tinggi akan memicu munculnya motivasi yang tinggi dalam diri seseorang untuk maju, maju, dan maju dalam berprestasi supaya mendapatkan status yang lebih tinggi.
- Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik, dengan mobilitas, masyarakat akan senantiasa bergerak menuju pencapaian yang diinginkan.
- Dampak Negatif
- Munculnya Konflik. Jika dalam masyarakat terjadi mobilitas yang kurang harmonis maka hal itu akan memunculkan benturan-benturan nilai dan juga kepentingan, sehingga kemungkinan timbul konflik sangatlah besar.
- Konflik yang terjadi antara lain yakni:
- Konflik antar individu
- Konflik antar kelas
- Konflik antar kelompok sosial
- Konflik yang terjadi antara lain yakni:
- Munculnya Konflik. Jika dalam masyarakat terjadi mobilitas yang kurang harmonis maka hal itu akan memunculkan benturan-benturan nilai dan juga kepentingan, sehingga kemungkinan timbul konflik sangatlah besar.
F.A.Q.
Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok dari lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain.
Faktor ekonomi dapat menjadi penghambat mobilitas sosial karena kondisi ekonomi yang buruk membuat sesorang kesulitan untuk mendapatkan pendidikan, pelatihan atau modal usaha yang diperlukan untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang baik atau memulai usaha, yang penting dalam mencapai mobilitas sosial vertikal naik.
Misalnya seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang.
Kesejahteraan akibat mobilitas sosial dapat diukur dari kebutuhan orang tersebut. Apabila kebutuhan primer, sekunder, dan tersier nya terpenuhi, maka dapat dikatakan orang tersebut telah mencapai kesejahteraan sosial akibat dari mobilitas sosial tersebut.
Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial yaitu Faktor Struktural, Faktor Individu, Faktor Status Sosial, Faktor Keadaan Ekonomi, Faktor Situasi Politik, Faktor Kependudukan (demografi), Keinginan melihat daerah lain.
Demikianlah ulasan singkat mengenai mobilitas sosial, semoga dapat membantu kegiatan belajar kalian ya. Terima kasih telah berkunjung :)).
Satu pemikiran pada “Mobilitas Sosial”